Mereka sama-sama ibu rumah tangga, sama-sama memiliki satu anak, dan suami mereka pun bergaji sama.
Namun, ada satu perbedaan mencolok, Lita memilih bekerja dengan gaji Rp1.500.000 per bulan, sementara Rani memilih tetap di rumah, tetapi pandai berhemat.
Lita, Ibu yang Bekerja
Setiap pagi.
Lita adalah orang pertama yang bangun di rumahnya.
Dengan mata masih mengantuk, ia segera ke dapur, menyiapkan sarapan untuk suami dan anaknya.
Tangannya lincah mengoleskan mentega ke roti sambil sesekali melirik jam dinding.
Waktu terasa berlari. Setelah memastikan anaknya siap ke sekolah, ia buru-buru berangkat bekerja sebagai kasir di sebuah minimarket di pusat kota.
Gajinya memang tidak besar, tetapi ada kebanggaan tersendiri dalam hatinya. "Setidaknya, aku bisa membantu keuangan keluarga," pikirnya.
Namun, bekerja di luar rumah punya harga. Karena selalu terburu-buru, ia sering membeli makanan siap saji untuk makan malam. Pakaian? Masuk laundry. Saat hujan turun, ia lebih memilih naik ojek online daripada repot membawa payung.
Pelan tapi pasti, pengeluarannya bertambah.
Di akhir bulan, saat ia menghitung uangnya, ada rasa getir yang muncul. "Aku bekerja keras, tapi kenapa rasanya uang ini begitu cepat habis?"
Rani, Ibu yang Pandai Berhemat.
Di rumah yang tak jauh dari rumah Lita, Rani memulai paginya dengan lebih santai. Ia menanak nasi sambil menyiram sayuran yang tumbuh di pekarangan kecilnya, kangkung, bayam, dan cabai.
Setelah suaminya berangkat kerja dan anaknya ke sekolah, ia melanjutkan aktivitas rumah tangga dengan tenang.
Rani tidak memiliki gaji, tetapi ia memiliki cara sendiri untuk "menghasilkan" uang: dengan berhemat.
Ia memasak sendiri setiap hari, menghindari membeli makanan di luar. Cucian baju? Dikerjakan sendiri tanpa bantuan laundry. Transportasi? Lebih memilih berjalan kaki atau naik angkutan umum daripada ojek online. Dan saat belanja bulanan, matanya jeli menangkap promo-promo tersembunyi yang sering luput dari perhatian orang lain.
Hasilnya? Setiap bulan, ia berhasil menghemat Rp1.500.000—jumlah yang sama dengan gaji Lita.
Suaminya sering bertanya, "Kok, kita selalu punya cukup uang, ya?"
Rani hanya tersenyum. Baginya, menghemat adalah seni.
Dua Jalan, Satu Tujuan.
Suatu sore, setelah sekian lama tak bertemu, Lita dan Rani duduk berdua di taman dekat rumah mereka.
"Aku salut sama kamu, Ran. Bisa menghemat sebesar itu tanpa harus bekerja di luar," kata Lita sambil menyeruput es teh yang baru dibelinya.
Rani tertawa kecil. "Dan aku salut sama kamu, Lit. Kamu punya keberanian untuk bekerja dan punya penghasilan sendiri. Itu juga luar biasa."
Lita menghela napas. "Tapi jujur, rasanya gajiku selalu habis. Aku capek kerja, tapi uangnya seperti hilang begitu saja."
"Karena masalahnya bukan hanya soal berapa yang kita dapat, tapi juga bagaimana kita mengelolanya," jawab Rani bijak.
Mereka terdiam sejenak, membiarkan angin sore membelai wajah mereka.
Lita tersenyum tipis. "Jadi, yang paling hebat itu bukan sekadar bekerja atau tidak bekerja... tapi bagaimana kita bisa mengatur uang dengan baik, ya?"
Rani mengangguk. "Tepat sekali."
Malam itu, Lita mulai belajar berhemat, sementara Rani mulai mencari cara untuk tetap produktif meski di rumah.
Keduanya menyadari bahwa perempuan bisa luar biasa dalam berbagai cara, bukan hanya dengan bekerja, tetapi juga dengan kecerdasan dalam mengelola keuangan.
. *selesai* .