Di tengah hutan yang luas, hiduplah seekor gajah bernama Gani. Ia besar, kuat, dan memiliki suara lantang.
Namun ada satu masalah: tidak ada yang mau mendengarkannya.
Ketika ia berbicara di pertemuan hutan, Burung Beo langsung memotong pembicaraannya.
Ketika ia ingin memberi saran, Monyet langsung tertawa dan berkata, "Gajah itu lambat, pasti pemikirannya juga lambat!"
Bahkan Rubah, yang terkenal licik, sering berkata, "Kenapa harus dengar Gani? Dia cuma bisa menyemburkan air dan menginjak tanah!"
Lama-lama, Gani lelah mencoba.
Ia pun berpikir, "Mungkin aku harus berhenti berbicara. Percuma saja, tidak ada yang mau mendengar."
Bencana Datang ke Hutan
Suatu hari, Gani mencium bau aneh di udara.
Ia mengendus lagi… lalu melihat ke kejauhan.
"Asap!" pikirnya panik.
Ia segera berlari ke tengah hutan dan berteriak, "Ada kebakaran! Kita harus pergi dari sini!"
Namun seperti biasa… tak ada yang mendengarkan.
Burung Beo malah menirukan suaranya, “Ada kebakaran! Ada kebakaran!” lalu tertawa.
Monyet bergelantungan santai, "Ah, Gani pasti hanya berlebihan seperti biasa."
Rubah mengibas ekornya, "Gajah memang suka cari perhatian."
Gani frustrasi. Tapi ia tahu ini bukan saatnya menyerah.
Tindakan Lebih Kuat dari Kata-Kata
Tanpa menunggu mereka sadar, Gani menggunakan belalainya untuk menyemprotkan air ke api yang mulai menjalar.
Ia menginjak tanah keras-keras untuk membuat suara gemuruh, menakuti hewan-hewan agar sadar bahwa ada bahaya.
Dan akhirnya—mereka melihat api yang mendekat!
Panik melanda. Semua hewan mulai berlarian ke arah sungai.
Rubah yang tadi sombong kini berteriak, "Gani benar! Gani benar! Cepat selamatkan diri!"
Monyet gemetar, "Gani, tolong kami!"
Tanpa ragu, Gani membantu membawa hewan-hewan kecil dengan belalainya dan memandu kawanan ke tempat aman.
Setelah api padam dan semua selamat, hutan menjadi hening.
Semua mata tertuju pada Gani.
Burung Beo menunduk malu, "Maaf, aku selalu menirukan suaramu tanpa berpikir."
Monyet menggaruk kepalanya, "Ternyata kamu tidak lambat, kamu yang paling sigap."
Dan bahkan Rubah, si cerdik yang tak pernah mau mengakui kesalahan, akhirnya berkata,
"Kami bodoh telah mengabaikanmu, Gani. Hari ini kau telah menyelamatkan kami semua."
Gani hanya tersenyum. Ia tak perlu membalas dendam atau marah.
Kini ia tahu, kata-kata memang penting, tapi tindakan jauh lebih berharga.
Moral Cerita:
Kadang dunia menolak mendengarkan kebenaran, bahkan mengejeknya. Tapi pada akhirnya, kebenaran akan terbukti lewat tindakan. Jangan berhenti berbuat baik hanya karena orang lain tidak langsung percaya.