Di sebuah hutan yang luas, berdiri sebuah Pohon Harapan yang konon bisa mengabulkan permintaan siapa pun yang menyentuh batangnya dengan hati tulus.
Kabar ini menyebar ke seluruh penjuru hutan, dan para hewan pun berbondong-bondong datang. Ada yang berharap menjadi kuat, kaya, atau berkuasa. Tapi ada satu masalah: tidak ada yang tahu di mana tepatnya Pohon Harapan itu berada.
Di sinilah muncul Ular, si licik yang berbicara manis tapi penuh tipu daya. Ia tersenyum lebar dan berbisik kepada para hewan, “Aku tahu di mana letak Pohon Harapan. Tapi hanya yang cukup cerdas dan pantas yang bisa menemukannya.”
"Siapa yang cukup pantas?" tanya Rusa penasaran.
"Orang-orang terpilih… yang bisa membayar dengan sesuatu yang berharga," jawab Ular dengan mata berkilat-kilat.
Maka, satu per satu hewan datang membawa sesuatu untuk Ular: buah, daging, bahkan perhiasan yang mereka temukan di desa manusia. Setiap kali seseorang membayar, Ular akan mengarahkan mereka ke sebuah pohon besar di tengah hutan.
"Tepuk batangnya tiga kali dan sebut harapanmu!" kata Ular.
Para hewan pun melakukannya dengan penuh semangat. Mereka menunggu… menunggu… tapi tidak terjadi apa-apa.
"Hmm… mungkin kalian kurang pantas?" bisik Ular lagi. "Cobalah berdoa lebih keras… atau mungkin bayar lebih banyak?"
Beberapa hewan percaya dan membayar lebih banyak lagi. Tapi tetap saja, tidak ada harapan yang terkabul.
Suatu hari, datanglah Gajah, yang dikenal sebagai hewan yang bijak dan jujur.
“Aku ingin menemui Pohon Harapan,” katanya.
Ular tersenyum sinis. "Oh, tentu! Tapi kau harus membayar sesuatu yang sangat berharga!"
Gajah menatap Ular dalam-dalam. Lalu ia bertanya, "Apakah harapanmu sendiri sudah terkabul?"
Ular terdiam.
"Kalau kau benar tahu di mana Pohon Harapan, kenapa kau masih berkeliaran meminta sesuatu dari orang lain?" lanjut Gajah.
Para hewan yang mendengar itu mulai berpikir. Ya, kenapa Ular tidak meminta harapan untuk dirinya sendiri?
Ular mulai gugup. Ia mencoba berkelit, tapi Gajah melangkah mendekati pohon besar yang tadi disebut sebagai Pohon Harapan. Dengan belalainya, ia menarik kulit batangnya.
Ternyata… di baliknya ada lubang besar penuh harta benda yang Ular kumpulkan dari para hewan!
Semua hewan terkejut. Mereka sadar mereka telah tertipu.
"Kami telah memberikan segalanya untuk sesuatu yang bahkan tidak ada!" seru Monyet.
Dengan wajah malu, para hewan pun berbalik, meninggalkan Ular yang kini tidak dipercaya lagi oleh siapa pun.
Gajah tersenyum dan berkata, “Pohon Harapan itu tidak pernah ada. Harapan yang sesungguhnya ada dalam kerja keras dan kejujuran. Jika kau ingin sesuatu, kau harus berusaha, bukan percaya pada janji kosong.”
Moral cerita:
Jangan mudah percaya pada janji manis tanpa bukti. Banyak orang menawarkan jalan pintas menuju kesuksesan, tetapi kenyataannya, hanya usaha dan kejujuran yang bisa membawa hasil nyata.
Pohon Harapan dan Ular Pembisik - Dongeng Anak @Iqna